Cerita Slowly

Keanesb

🇰🇷 Korea Selatan

Kita tidak pernah sendirian karena kita selalu terhubung.

Baca lebih lanjut

VAÉN

🇧🇴 Bolivia

Mengenaskan, aku berhenti merespon suratnya, tanpa mengawali dengan salam perpisahan dengan sebuah janji untuk kembali dan menujukan diriku yang lebih baik.

Baca lebih lanjut

Windflowerr

🇮🇳 India

Ini kisahku, kisah tentang memahami diriku dan menerima diriku sendiri.

Baca lebih lanjut

Jackiemoonie

🇺🇸 Amerika Serikat

Aku tak lagi takut akan ditolak oleh orang-orang karena aku tahu akan ada seseorang yang menerimaku apa adanya, tidak peduli betapa buruknya kekurangan dan ketidaksempurnaanku.

Baca lebih lanjut

SaraLea

🇺🇸 Amerika Serikat

Aku baru saja menggunakan aplikasi slowly selama beberapa bulan sekarang, danaku tidak bisa berhenti merekomendasikannya.

Baca lebih lanjut

Justanotherjoe

🇷🇴 Romania

I have fallen for her letters before even knowing her real name, or before seeing her face, a picture, through her letters I had seen what matters: her soul.

Baca lebih lanjut

A.I. Diagiamini

🇨🇱 Chile

Just as I made sending letters through Slowly a fundamental part of my routine, I also learned to listen to my penpals.

Baca lebih lanjut

Beydaa

🇹🇷 Turkey

I used all my luck in it, I guess. I've met an amazing person. While reading his letters, I feel like with him in Spain.

Baca lebih lanjut

The Rtist

🇮🇳 India

Dia 60 tahun lebih tua dariku, namun kami masih bisa menemukan hal-hal yang bisa didiskusikan dan dibagikan.

Baca lebih lanjut

Astromee

🇵🇰 Pakistan

I didn't expect that anyone will ever talk to me like my first pen pal wrote me.

Baca lebih lanjut

Dan

🇸🇦 Arab Saudi

Ketika aku remaja, aku didiagnosa Autisme. Ini membuat Ibuku (begitupun aku yang beranjak dewasa) sangat dirundung kesedihan, mengetahui bahwa hal tersebut akan terasa sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi.

Baca lebih lanjut